Selasa, 16 Desember 2014

Cara untuk meraih Kelapangan hati, Ketenangan hati, Kebahagiaan Hati manusia.



Cara untuk meraih Kelapangan hati, Ketenangan hati, Kebahagiaan Hati manusia.


PERNAHKAH kita merasakan kesempitan hati, sampai sedemikian sempitnya, sehingga seolah-olah langit runtuh menindih dada? Ketika itu pikiran keruh, energi sirna, dan pelita pengharapan pun padam, kesal, puyeng dengan kehidupan, dll...

Sebaliknya, ketika hati kita dilapangkan oleh Allah: segalanya terlihat gamblang, solusi problematika hidup tersaji lengkap, energi meluap, dan kita menatap kehidupan ini dengan penuh semangat serta optimisme tinggi.

Siapa pun yang berpaling dari Allah, melupakan-Nya, mencintai dan bergantung kepada selain-Nya, niscaya hidupnya akan menjadi sempit.

وَمَنْ أَعْرَضَ عَن ذِكْرِي فَإِنَّ لَهُ مَعِيشَةً ضَنكاً وَنَحْشُرُهُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ أَعْمَى -- قَالَ رَبِّ لِمَ حَشَرْتَنِي أَعْمَى وَقَدْ كُنتُ بَصِيراً  قَالَ كَذَلِكَ أَتَتْكَ آيَاتُنَا فَنَسِيتَهَا وَكَذَلِكَ الْيَوْمَ تُنسَى

“Dan barangsiapa berpaling dari peringatan-Ku, maka sesungguhnya baginya penghidupan yang sempit, dan Kami akan menghimpunkannya pada hari kiamat dalam keadaan buta". Berkatalah ia: "Ya Tuhanku, mengapa Engkau menghimpunkan aku dalam keadaan buta, padahal aku dahulunya adalah seorang yang melihat?" Allah berfirman: "Demikianlah, telah datang kepadamu ayat-ayat Kami, maka kamu melupakannya, dan begitu (pula) pada hari ini kamupun dilupakan." (QS: Thaha: 124-126)

Seberapa lapang hati seseorang berhubungan erat dengan seberapa kuat, sempurna, dan keyakinannya kepada Allah.  Allah ta'ala berfirman,

فَمَن يُرِدِ اللّهُ أَن يَهْديَهُ يَشْرَحْ صَدْرَهُ لِلإِسْلاَمِ وَمَن يُرِدْ أَن يُضِلَّهُ يَجْعَلْ صَدْرَهُ ضَيِّقاً حَرَجاً كَأَنَّمَا يَصَّعَّدُ فِي السَّمَاء كَذَلِكَ يَجْعَلُ اللّهُ الرِّجْسَ عَلَى الَّذِينَ لاَ يُؤْمِنُونَ

“Barangsiapa yang Allah kehendaki akan diberikan kepadanya petunjuk, niscaya Dia melapangkan dadanya untuk (memeluk agama) Islam. Dan barangsiapa yang dikehendaki Allah kesesatannya, niscaya Allah menjadikan dadanya sesak lagi sempit, seolah-olah ia sedang mendaki langit. Begitulah Allah menimpakan siksa kepada orang-orang yang tidak beriman.” (Qs. Al-An'am: 125)



 
Firman Allah ; 

".. (yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka manjadi tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingati Allah-lah hati menjadi tenteram (tenang).” (QS. Ar Rad: 28)



“ Barangsiapa taat kepada Allah dan Rasul-Nya, niscaya Allah memasukkannya kedalam syurga yang mengalir didalamnya sungai-sungai, sedang mereka kekal di dalamnya; dan Itulah kemenangan yang besar.” (QS.An-Nisa:13)



“  dan orang-orang yang beriman serta beramal saleh, mereka itu penghuni surga; mereka kekal di dalamnya.”



“ dan (ingatlah), ketika Kami mengambil janji dari Bani Israil (yaitu): janganlah kamu menyembah selain Allah, dan berbuat kebaikanlah kepada ibu bapa, kaum kerabat, anak-anak yatim, dan orang-orang miskin, serta ucapkanlah kata-kata yang baik kepada manusia, dirikanlah shalat dan tunaikanlah zakat. kemudian kamu tidak memenuhi janji itu, kecuali sebahagian kecil daripada kamu, dan kamu selalu berpaling.” (QS. Al-Baqarah:82-83)

Intinya adalah, cara untuk meraih Kelapangan, Ketenangan, Kebahagiaan Hati yaitu dengan cara taat pada Allah dan Rasul-Nya, itulah kebenaran dan kemuliaan juga kebahagiaan dunia akherat.

Budaya Minangkabau dibangun di atas Peta Realitas




Budaya Minangkabau  dibangun  di atas  Peta Realitas, yakni Adat yang bersendi kepada “Nan Bana”, direkam lewat bahasa lisan berupa pepatah, petatah petitih, mamang, bidal, pantun, yang dikenal sebagai Kato Pusako  yang menjadi rujukan di dalam penerapan perilaku  masyarakat Minangkabau. 

Para filsuf dan pemikir Adat Minangkabau meletakkan landasan filosofis Adat Minangkabau atas dasar pemahaman yang mendalam tentang bagaimana bekerjanya alam semesta serta dunia ini termasuk manusia dan masyarakatnya, yang diungkap dalam ”kato” yang menjadi mamangan masyarakatnya, melahirkan Fatwa adat menyebutkan ;
“Alang tukang tabuang kayu, Alang cadiak binaso adat, Alang alim rusak agamo, Alang sapaham kacau nagari. Dek ribuik kuncang ilalang, Katayo panjalin lantai, Hiduik jan mangapalang, Kok tak kayo barani pakai. Baburu kapadang data, Dapeklah ruso balang kaki, Baguru kapalang aja, Bak bungo kambang tak jadi”. 



Filsul dan pemikir yang merenda Adat Minangkabau  telah mengakui dan memahami keberadaan Nan Bana, Nan Badiri Sandirinyo, dan menjadikan alam semesta menjadi ”ayat dari Nan Bana” atau ayat kauniyah yang membimbing kepada kesadaran kolektif berupa Pandangan Dunia dan Pandangan Hidup (PDPH) masyarakat Minangkabau yang memengaruhi sikap umum dan tata-cara pergaulan, adat istiadat yang lebih dikenal sebagai Adat nan Diadatkan dan Adat nan Taradat.  

Salah satu keunggulan dinamika agama dalam tatanan kehidupan kemasyarakatan adalah penguatan peran perkerabatan dalam implementasi tatanan adat budaya Minangkabau. Ajaran syarak (Islam) mendorong sikap untuk maju. Namun tatanan nilai yang baik itu dapat berubah karena longgar menjaga tatanan adat istiadat. Rapuhnya akhlak anak generasi  akan merusak bangunan  kehidupan. Budaya Minangkabau membentuk generasi nan kuriek kundi nan sirah sago, nan baik budi nan indah baso. 

Urgensi Ajaran Islam sesuai sabda Rasul Allâh SAW mengingatkan bahwa, "Ada tiga faktor membinasakan manusia yaitu mengikuti hawa nafsu, kikir yang melampaui batas dan mengagumi diri sendiri (‘ujub)." (HR. al-Tirmidziy).  

Pengabaian pesan Rasulullah ini akan menumbuhkan penyakit social yang kronis. Penyakit Masyarakat ini menjadi lebih parah karena umat menjauh dari aqidah tauhid sehingga tumbuh perilaku tidak berakhlak Islami serta suka melalaikan ibadah. Solusi sebenarnya dari beban permasalahan besar ini hanya mengupayakan Pendidikan dengan pengenalan  Iman dan Akhlaq Qurani serta penguatan peran perkerabatan dalam implementasi tatanan adat budaya Minangkabau.

Membangun Generasi Unggul



Membangun Generasi Unggul Beragama Beretika dan Beradat 


M
EMBANGUN GENERASI UNGGUL. Generasi Muda adalah kelompok besar di tengah satu bangsa. Mesti dibentuk menjadi Generasi Unggul (khaira Ummah) yang akan memikul amanah peran pelopor perubahan (agent of changes) berbekal keyakinan dan keimanan kepada Allah SWT selalu melaksanakan misi amar makruf nahyun anil munkar

Firman Allah menyebutkan, kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang ma'ruf, dan mencegah dari yang munkar, dan beriman kepada Allah. Sekiranya ahli kitab beriman, tentulah itu lebih baik bagi mereka, di antara mereka ada yang beriman, dan kebanyakan mereka adalah orang-orang yang fasik.” (QS.Ali Imran : 110). 

Generasi Unggul harus tumbuh  menjadi kelompok “para pemuda pemudi yang penuh dengan keimanan kepada Allah dan Allah lengkapkan mereka lagi dengan hidayah.” (QS.al Kahfi).  

Generasi Unggul memiliki akal budi yang jernih. Berkemampuan menghadapi berbagai tantangan global. Mereka memiliki  jati diri sesuai fitrah anugerah Allah, yakni Beriman, Beretika, Berakhlak dan Beradat Istiadat yang selalu mengajak kepada kebaikan serta melarang dari kemungkaran. 

Tantangan masa kini  sangat berat. Diantara lain infiltrasi  budaya sekular yang menjajah mentalitas manusia. Selain itu juga the globalization life style  yang salah pasang. Akibatnya  subur tumbuh budaya lucah yang menonjolkan keindahan sebatas yang dilihat, didengar, dirasa, disentuh, sensual, erotik dan seronok. Lebih jauh, mengarah kepada sikap hedonis, kadang-kadang ganas (anarkis). Bahaya lainnya adalah, kebiasaan menengggak miras, pergaulan bebas dan kecanduan madat dan narkoba. Hal sedemikian itu terjadi karena mengabaikan batasan-batasan perilaku luhur yang telah menjadi ”kesadaran kolektif” di dalam pergaulan masyarakat berupa seperangkat aturan dalam menata kehidupan bersama.  

Strategi membangun masyarakat beradat itu akan berhasil manakala selalu kokoh dengan prinsip, qanaah dan istiqamah. Berkualitas dengan iman dan hikmah. Berilmu dan matang dengan visi dan misi. Amar makruf nahyun ‘anil munkar dengan teguh dan professional. Research-oriented berteraskan iman dan ilmu pengetahuan.  Mengembalikan Minangkabau keakar Islam tidak boleh dibiar terlalai agar tidak lahir bencana.